Sicilia,
Kota Dengan 300 Mesjid
Posted by meisusilo
pada 19 April 2009
University Of Balerm-Siciliy
”Kota
dengan 300 masjid.” Begitulah penjelajah Arab terkemuka, Ibnu Hawqal
menggambarkan suasana Palermo, ibu kota Sicilia yang berada di wilayah Italia
selatan pada tahun 972 M. Dalam catatan perjalanannya, Al-Masalik wal Mamlik,
Ibnu Hawqal mengaku tak pernah menemukan sebuah kota dengan jumlah masjid
sebanyak itu, sekalipun luasnya dua kali lebih besar dari Palermo.
Pada
saat yang sama, pelancong Muslim kondang itu juga menyaksikan kehebatan
University of Balerm – sebuah perguruan tinggi Islam terkemuka di kota Palermo,
Sicilia. Hampir selama tiga abad lamanya, umat Muslim di era keemasan berhasil
mengibarkan bendera kejayaan dengan peradabannya yang terbilang sangat tinggi
di wilayah otonomi Sicilia.
Dari
wilayah itulah, ilmu pengetahuan yang dikuasai umat Islam ditransfer ke
peradaban Barat. Pengaruh Islam begitu besar dalam peradaban masyarakat
Sicilia. Selama tiga abad berada dalam kekuasaan Islam, kawasan Sicilia pun
berkembang menjadi pusat peradaban dan perniagaan. Sicilia pun sempat menjadi
salah satu wilayah primadona di benua Eropa. Islam bersemi di Sicilia sejak 15
Juli 827 M. Ketika itu, pasukan tentara Dinasti Aghlabid di bawah kekuasaan
Ziyadat Allah I berhasil menaklukan dari kekuasaan Bizantium. Dinasti Aghlabid
merupakan sebuah kekhalifahan Muslim Arab yang menguasai Ifriqiyah meliputi
Aljazair, Tunisia dan Tripoli.
Dinasti
yang berkuasa dari tahun 800 M hingga 909 M itu berpusat di Tunisia. Diperkuat
10 ribu pasukan infanteri, 700 pasukan berkuda serta 100 armada kapal, pasukan
Muslim di bawah komando Asad Ibnu Al-Furat (70 tahun) berhasil mengkandaskan
kekuatan Bizantium dalam pertempuran di dekat Mazara. Serangkaian pertempuran
demi pertempuran dilalui pasukan Dinasti Aghlabid hingga akhirnya satu per satu
kota di Sicilia sepenuhnya berhasil dikuasai umat Islam.
Secara
resmi, kota Palermo ditaklukan umat Islam pada tahun 831 M. Sedangkan, Messina
dikuasai pasukan Muslim 12 tahun berikutnya. Sejak wilayah Enna berhasil
direbut dari Bizantium pada 859 M, provinsi Sicilia sepenuhnya berada dalam
genggaman umat Islam. Di bawah kekuasaan umat Islam, Sicilia menjadi provinsi
yang multietnis.
Beragam
suku dan etnis, seperti orang Sicilia, Arab, Yahudi, Barbar, Persia, Tartar,
Negro berbaur dalam toleransi dan keharmonisan. Tak ada pembantaian terhadap
penduduk yang beragama Nasrani. Penduduk Sicilia yang beragama Nasrani
dilindungi dan dihormati kebebasannya dalam menjalankan aktivitas peribadatan.
Penguasa Muslim hanya membebankan pajak kepada penganut
agama Nasrani. Hak milik dan usaha mereka dilindungi penguasa Muslim. Pun
demikian terhadap warga Yahudi yang berada di kawasan kota pantai. Penguasa
Muslim menghormati hak hidup dan melindungi kebebasan umat beragama lain dalam
menjalankan ibadah.
Sejak
berada dalam kekuasaan Islam, Sicilia menjelma menjadi salah satu pusat
peradaban di Eropa, setelah Kordova. Bangunan masjid yang tersebar di seluruh
kawasan Sicilia tak hanya menjadi tempat beribadah semata. Masjid-masjid itu
juga berfungsi sebagai sekolah — tempat bersemainya benih peradaban dan ilmu
pengetahuan.
Di
bawah kekuasaan Islam, Sicilia memiliki universitas Islam terkemuka.
Sekolah-sekolah di wilayah itu dilengkapi dengan asrama siswa dan mahasiswa.
Tak heran, bila begitu banyak remaja dan anak muda dari berbagai penjuru Eropa
menimba ilmu di sekolah dan universitas Islam di Sicilia.
Penjelajah
Muslim, Ibnu Jubair, memberi sebuah kesaksian tentang kemajuan yang berhasil
dicapai penguasa Muslim di Sicilia. Dalam buku perjalanannya, Ibnu Jubair,
melukiskan kemajuan pesat yang dicapai Palermo, ibu kota Sicilia. ”Palermo
adalah sebuah kepulauan metropolis yang mengkombinasikan kekayaan dan
kemuliaan. Sebuah kota kuno yang elegan,” papar Ibnu Jubair.
Bahasa
Arab pun menjadi bahasa pengantar masyarakat Sicilia. Ibnu Jubair menyaksikan
wanita dan pria Kristen pun sehari-hari berbicara dengan bahasa Arab. Kehadiran
Islam di Sicilia seakan menjadi berkah bagi masyarakatnya. Perekonomian Sicilia
menggeliat setelah berada dalam kekuasaan umat Islam. Industri tekstil tumbuh
pesat di era kejayaan Islam di salah satu wilayah otonomi negeri Spagheti itu.
Industri
kerajinan pun tumbuh dan berkembang pada saat itu. Kehadiran Islam di tanah
Sicilia juga memberi pengaruh yang besar terhadap bidang pertanian. Para petani
dan sarjana Muslim memperkenalkan teknik-teknik baru pertanian serta benih
tanaman yang unggul. Akibatnya, roda perekonomian ekonomi lokal bergerak begitu
cepat.
Buah
jeruk merupakan komoditas agrobisnis terkemuka yang dihasilkan para petani
Sicilia. Penguasa Islam juga memperkenalkan dan mengembangkan saluran irigasi
di wilayah itu. Teknologi pertanian yang diwariskan umat Islam itu tetap
digunakan masyarakat Sicilia, sekalipun umat Islam tak lagi berkuasa di wilayah
itu.
Periode
kekuasaan Islam di Sicila merupakan tahap awal revolusi perdagangan di abad
pertengahan. Pada era itulah masyarakat Sicila merasakan kemakmuran dalam
pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat. Akhir abad ke-10 M, sejarawan bernama
Udovitch menjelaskan betapa Sicilia telah menjelma menjadi pusat perdagangan di
dunia Mediterania. Kawasan itu bersama Tunisia menjadi persimpangan rute
perdagangan.
Kafilah
dari Sijlimasa, selatan Maroko membawa beragam komoditas dari Afrika dan Maroko
untuk dijual ke palermo dan Mazara. Sicilia menjadi jembatan perdagangan antara
Muslim di Timur dengan Muslim di Barat. Akhir abad ke-10, Sicila menjadi
produsen utama kain sutera. Pada era itu, Sicila sudah mulai menggunakan koin
emas atau ruba’ya yang benilai seperempat dinar. Mata uang itu sungguh bernilai
di kota-kota perdagangan lain seperti Mesir, Suriah dan Palestina.
Sayangnya,
kekuasaan umat Islam di Sicilia harus berakhir pada tahun 1061 M. Kekuatan umat
Islam yang lemah dimanfaatkan bangsa Normandia. Sejak itu, dominasi Islam pun
lenyap dari bumi Sicila. Meski begitu pengaruh dan peradaban yang diwariskannya
masih tetap dapat disaksikan hingga sekarang.
Para
Penguasa Muslim di Sicilia
*Dinasti
Aghlabid (827 M – 909 M)
Selama 82 tahun, Sicila berada dalam kekuasaan Dinasti Aghlabid yang berpusat di Tunisia. Ketika dikuasai dinasti Muslim itu, populasi penduduk Sicilia bertambah seiring datangnya imigran Muslim dari Afrika, Asia, Spanyol dan barbar. Semua penduduk Muslim itu terpusat di kepulauan selatan.
Selama 82 tahun, Sicila berada dalam kekuasaan Dinasti Aghlabid yang berpusat di Tunisia. Ketika dikuasai dinasti Muslim itu, populasi penduduk Sicilia bertambah seiring datangnya imigran Muslim dari Afrika, Asia, Spanyol dan barbar. Semua penduduk Muslim itu terpusat di kepulauan selatan.
Dinasti
Aqhlabi menempatkan seorang amir sebagai pejabat gubernur di ibu kota Sicilia,
Palermo. Di setiap kota di Sicila dilengkapi dengan sebuah dewan kota bernama
gema. Ketika Islam berkuasa banyak penduduk Sicilia yang menganut agama Islam,
sebagian lainnya tetap memuk agama Kristen. Pada era dinasti itu, mulai
diperkenalkan land reform atau reformasi agraria. Hal itu dilakukan agar tanah
tak cuma dikuasai orang-orang kaya saja. Irigiasi juga mulai diperkenalkan,
sehingga sektor pertanian berkembang pesat. Pada abad ke-10 M, Sicila menjadi
provinsi di Italia yang paling padat dengan jumlah penduduk mencapai 300 ribu
jiwa.
*
Dinasti Fatimiyah (909 M – 965 M)
Pada tahun 909 M, kekuasaan Dinasti Aghlabid dari Afrika di Sicilia diambil alih Dinasti Fatimiyah. Wilayah itu awalnya menjadi bagian dari provinsi Fatimiyah yang berpusat di Mesir. Empat tahun berkuasa, gubernur Fatimiyah diusir dari Palermo. Kepulauan itu lalu mendeklarasikan kemerdekaannya di bawah kepemimpinan seorang Emir bernama Ahmed ibnu Kohrob. Sicilia kembali dikuasai Dinasti Fatimiyah pada 917 M. Selama 20 tahun lamanya, Sicilia dipimpin seorang gubernur dari Fatimiyah. Pada 937 M, bangsa barbar mengambil alih Sicilia.
Pada tahun 909 M, kekuasaan Dinasti Aghlabid dari Afrika di Sicilia diambil alih Dinasti Fatimiyah. Wilayah itu awalnya menjadi bagian dari provinsi Fatimiyah yang berpusat di Mesir. Empat tahun berkuasa, gubernur Fatimiyah diusir dari Palermo. Kepulauan itu lalu mendeklarasikan kemerdekaannya di bawah kepemimpinan seorang Emir bernama Ahmed ibnu Kohrob. Sicilia kembali dikuasai Dinasti Fatimiyah pada 917 M. Selama 20 tahun lamanya, Sicilia dipimpin seorang gubernur dari Fatimiyah. Pada 937 M, bangsa barbar mengambil alih Sicilia.
*Emirat
Sicilia (965 M – 1091 M)
Sejak tahun 948 M, Khalifah Fatimiyah, Ismail Al-Mansur mengangkat Hassan Al-Kalbi sebagai emir Sicilia. Secara defakto, Emirat Sicilia terlepas dari pemerintahan Faimiyah di Mesir. Lalu dia digantikan Emir yang baru bernama Abu Al-Qasim (964 M – 982 M). pada masa kedua emir itu berkuasa, Sicilia Muslim bertempur dengan Bizantium. Setelah itu, kekuasaan Islam meredup seiring perebutan kekuasaan di tubuh umat Islam. Pada 1061 M, Sicilia lepas dari tangan umat Islam.
Sejak tahun 948 M, Khalifah Fatimiyah, Ismail Al-Mansur mengangkat Hassan Al-Kalbi sebagai emir Sicilia. Secara defakto, Emirat Sicilia terlepas dari pemerintahan Faimiyah di Mesir. Lalu dia digantikan Emir yang baru bernama Abu Al-Qasim (964 M – 982 M). pada masa kedua emir itu berkuasa, Sicilia Muslim bertempur dengan Bizantium. Setelah itu, kekuasaan Islam meredup seiring perebutan kekuasaan di tubuh umat Islam. Pada 1061 M, Sicilia lepas dari tangan umat Islam.
Pintu
Gerbang Ilmu Islam ke Barat
Sebagai
bekas wilayah kekuasaan Islam, Sicilia merupakan berkah bagi peradaban Barat.
Wilayah otonomi di selatan Italia itu telah menjadi gerbang transfer ilmu
pengetahuan dari dunia Muslim ke Barat. Michelle Amari merupakan sejarawan yang
telah membuktikan bahwa dari Sicilia-lah ilmu pengetahuan yang dikuasai umat
Islam di era keemasan ditransfer ke Barat.
Transfer
ilmu pengetahuan Islam ke dunia Barat mulai dilakukan oleh Frederick II (1194 M
– 1250 M) – penguasa Sicilia. Frederick masih menggunakan bahasa Arab sebagai
bahasa pengantar di kerajaan yang dipimpinnya. Ia mengumpulkan sarjana Muslim
dan Yahudi untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab. Bahkan, dia mengirim
Michael Scot ke Cordoba untuk mencari kitab-kitab yang ditulis Ibnu Sina.
Frederick
adalah raja beragama Kristen. Namun, dia begitu terpengaruh oleh ajaran dan
kebudayaan Islam. Sehingga, Bapak Sejarawan Sains, George Sarton mengatakan,
”Frederik itu setengah Muslim dengan caranya sendiri.” Ketika dia berkuasa,
University of Naples pada tahun 1224 M – universitas pertama di Eropa
menggunakan sistem pendidikan yang dikembangkan pergurun tinggi Islam. Dari
Sicilia pula sistem fiskal yang sempat diterapkan penguasa Islam ditransfer ke
Inggris.(heri ruslan/republika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar